Malam ini seperti biasanya aku merasa
sunyi. Satu gajet serba canggih yang sedang berada ditanganku, masih belum
mampu memecah kesunyian ku malam ini. entah sudah bosan barangkali dengan
karenah media sosial yang sudah seharian aku menjadi hamba kepadanya.
Lantas itu, aku berpindah dari kedudukan
asalku, yang pada awalnya nyaman bertemankan permaidani empuk buatan asli Turki
di ruang tamuku sebelum aku pergi ke ruang dapur yang juga tidak kurang hebat
sunyinya. Hmmm. Maklumlah, jarum jam yang berada paling kiri di dinding dapurku
itu sudah menunjukkan tepat pukul 12.35 tengah malam. Seketika itu, aku
mengalihkan pandanganku, kelihatan luar jendela dapur itu bulan sudah tegak
berada di atas sana sekaligus menerangi gelapnya malam. Indah. Aku terpegun
melihatnya. Bulan itu mampu menawan hatiku buat seketika waktu.
Tanpa disedari, terdengar bunyi siulan. Kulihat
kebelakang, rupanya air panas yang ku masak tadi sudah mendidih dan cepat-cepat
aku menutupnya. Mujurlah ada air panas itu, kalau tidak entah sampai bila aku
terlena dengan tawanan bulan tadi. Hehe. Tidak lama kemudian, secangkir kopi
sudah sedia menemani malamku.
Secangkir kopi panas itu ku bawa kembali
keruang tamu. Permaidani buatan Turki tadi sudah lama menunggu kedatanganku.
Lantas itu, aku duduk dan di depan permaidani itu ada satu meja kosong. Tidak
besar tapi mampu untuk menampung secangkir kopi yang ku buat tadi.
Meja kosong yang awalnya cuma ada kopi itu,
kini sudah berteman dengan sebatang pena dan kertas yang baru saja ku ambil
tadi. Tidak lama dari itu, tanganku dan mindaku pula mula berkerjasama
untuk menghasilkan sebuah karya yang entah aku sendiri tidak tahu apa tajuknya.
Jadinya aku biarkan saja mereka bertugas. Biarlah tidak petah dalam
berkata-kata, tidak mahir dalam berbicara, apatah lagi tidak pandai berbahasa.
Apabila tangan mula mencorak langkahnya bertemankan sebatang pena, lalu pena
itu menari mengikut rentak alunan jari jemari di atas meja kosong, maka ia
sudah cukup untuk menginspirasikan kebanyakan orang, malah, mungkin dari penulisan
itu lebih terkesan dari berkata-kata.
---------------
...Wah, tanpa disedari jam sudah
menunjukkan 3.00 pagi, rancak sungguh pergaulan antara kopi, pena dan kertas.
Baru saja berkenalan, sudah rapat menjadi teman. Ini tidak boleh jadi! Aku cuba
meleraikan pergaulan mereka. " Maaf ya jika aku kejam. Jumpa lagi
esok", ujarku memujuk mereka bertiga.
- Encik Nasir
Ulasan
Catat Ulasan